Mengenal Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) untuk Bayi

Dilihat : 2563 Kali, Updated: Sabtu, 26 Oktober 2024
Mengenal Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) untuk Bayi

(JAKARTA) -- Pemerintah terus menggencarkan kegiatan Skrining hipotiroid Kongenital (SHK) pada bayi baru lahir di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Menkes, Budi Gunadi Sadikin, terus mendorong agar pemeriksaan hormon tiroid untuk mencegah kelainan bawaan dan kematian pada bayi baru lahir tersebut terus digalakkan.

Ini merupakan implementasi dari transformasi layanan primer yang menekankan pada upaya promotif preventif mengingat sebagian besar kasus kekurangan Hipotiroid Kongenital tidak menunjukkan gejala, sehingga tidak disadari oleh orang tua. Gejala khas baru muncul seiring bertambahnya usia anak.

APA ITU SKRINING BAYI BARU LAHIR?

Skrining bayi baru lahir adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bayi yang baru lahir untuk mendeteksi kelainan apa yang dialami bayi pada usia awal kelahiran, sehingga pengobatan dapat dilakukan sedini mungkin dan kesakitan atau kecacatan yang lebih berat dapat dicegah.

APA ITU KELAINAN KONGENITAL?

Kelainan kongenital adalah kelainan yang sudah ada sejak bayi lahir yang disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik.

APA ITU HIPOTIROID KONGENITAL?

Hipotiroid kongenital adalah keadaan menurun atau tidak berfungsinya kelenjar tiroid yang didapat sejak lahir.

Baca Juga : Mengenal Malaria - Penyebab, Gejala, dan Cara Pencegahannya

Penyakit Hipotiroid Kongenital sendiri merupakan kondisi dimana fungsi kelenjar tiroid pada bayi menurun atau berkurang dan bukan merupakan penyakit bawaan. Secara umum bayi tidak menunjukkan adanya gejala Penyakit Hipotiroid Kongenital namun demikian, bayi yang baru lahir perlu untuk mengikuti Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK).

Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) merupakan uji saring yang dilakukan dengan pengambilan sampel darah pada tumit bayi yang baru lahir. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengelompokkan bayi yang mengalami gangguan hormon tiroid sehingga bayi bisa mendapatkan pengobatan dengan cepat dan tidak berdampak serius pada tumbuh kembangnya.

Pemeriksaan hormon tiroid pada anak dilakukan dengan pengambilan 2-3 tetes sampel darah yang diambil dari tumit bayi yang berusia 48 sampai 72 jam dan maksimal 2 minggu oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan pemberi layanan Kesehatan Ibu dan Anak (baik FKTP maupun FKRTL), sebagai bagian dari pelayanan neonatal esensial.Apabila hasilnya positif, bayi harus segera diobati sebelum usianya 1 bulan agar terhindar dari kecacatan, gangguan tumbuh kembang, keterbelakangan mental dan kognitif.

Apabila lebih dari usia tersebut, dikhawatirkan akan terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sifatnya permanen. Karenanya, Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) sejak dini sangatlah penting untuk mencegah kelainan bahkan kematian pada bayi.

Dampak penyakit Hipotiroid Kongenital dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat permanen. Dan perlu digaris bawahi, pemeriksaan sudah terlambat jika bayi sudah menunjukkan gejala seperti :

  • Tubuh cebol
  • Lidah besar
  • Bibir tebal
  • Hidung pesek
  • Pusar menonjol
  • Kesulitan bicara
  • Keterbelakangan mental

Melihat kondisi tersebut, maka penting bagi kita semua untuk bisa segera melakukan Skrining Hipotiroid Kongenital sedini mungkin terutama pada 48 sampai 72 jam pertama kehidupan. Skrining ini dapat dilakukan di fasilitas kesehatan pemberi layanan Kesehatan Ibu dan Anak terdekat atau fasilitas kesehatan milik pemerintah untuk bisa mendapatkan pemeriksaan secara gratis.

 

sumber :

sehatnegeriku.kemkes.go.id

ayosehat.kemkes.go.id

droenska.com

 

 

 

Komentar